
Pulau Harapan, Sahabat dan Pulau Bira
Perjalanan pasti akan selalu meninggalkan kisah. Dari kisah seru, sedih bahkan haru pasti akan terpatri dalam sanubari para pejalan. Seperti kisah saya dan beberapa sahabat yang menjelajah kepulauan seribu ini. Perahu yang kami sewa dari Pulau Harapan, secara perlahan mulai meninggalkan pulau yang makin padat itu. Pulau Bira juga terlihat ranum di bentang cakrawala yang indah di ujung sana.
[alpine-phototile-for-picasa-and-google-plus src=”user_album” uid=”100444202615078164263″ ualb=”5929288742583865745″ imgl=”fancybox” style=”wall” row=”5″ num=”15″ shadow=”1″ border=”1″ size=”260″ align=”center” max=”100″]
“Sementaraitu hembusan angin pantai sedang bercumbu dengan riak-riak ombak kecil yang sedang menjilati bibir pantai sebegitu mesranya, ahh indahnya malam ini”.
Gemerlap bintang di angkasa seolah sedang memeluk hening nya malam, sementara tubuh-tubuh sahabat saya sudah terbuai dalam indahnya mimpi mereka masing-masing, malam-malam seperti ini lah yang senantiasa kami rindukan, tidur beralaskan pasir pantai yang putih bersih, beratap langit yang bertabur bintang yang seolah mereka sedang mamainkan sebuah fragmen dunia, tentang alam semesta dan lampu-lampu tuhan. sementara itu hembusan angin pantai sahut menyahut dengan riak-riak ombak kecil yang menjilati bibir pantai dengan mesranya, ah indahnya malam ini.
Perjalanan selama 3 jam lebih dari pelabuhan nelayan di Muara angke, seolah terbayar dengan birunya air laut yang tergambar dengan gradasinya yang indah, serta bentang cakrawala yang seolah menyatu dengan indahnya karunia illahi yang terpampang di depan indera penglihatan saya. Setelah ojek kapal (julukan kapal penduduk kepulauan seribu) melemparkan sauh di dermaga pulau Harapan perjalanan kembali di teruskan menuju pulau-pulau kecil di kawasan Kepulauan Seribu, masih banyak sekali pulau-pulau kecil yang masih perawan, artinya belum ada penduduk yang berdomisili di pulau tersebut, akan menjadi hal yang paling menyenangkan ketika menemukan sebuah pulau kecil tanpa penghuni dengan panorama yang begitu indah.
Tidak terlalu lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pulau kecil ini, kurang dari satu jam perahu nelayan yang kami sewa sudah mendekati kea rah pulau Kayu Angin, dikarenakan pulau ini tidak berpenghuni dan tidak mempunyai dermaga, maka perahu tidak bisa merapat ke pantai, kami pun harus berbasah-basah ria untuk mendekati pantai. Beningnya air laut saat itu menyapa saya dengan riak ombak kecilnya, tanpa piker panjang saya pun segera meloncat kedalam beningnya air laut, sampai-sampai lupa jika saya masih mengenakan celana panjang, ah sudahlah godaan itu terlalu dahsyat untuk di hindari.
Puas menikmati indahnya pulau kecil nan indah tersebut arah laju perahu berlanjut lagi mengarungi lautan kepulauan seribu, di tengah perjalanan kami berpapasan dengan dengan kapal-kapal nelayan, alhasil kami mendapatkan se ember cumi dan ikan-ikan segar dengan harga cuma seratus ribu rupiah, ah pasti akan jadi pesta seafood nanti di pulau tempat kami mendirikan tenda untuk berkemah, cihuyyyy.
Pulau untittle masih seperti dahulu ketika saya dan teman-teman menghabiskan akhir pekan disana, setelah membersihkan daerah ujung barat pulau tenda pun segera didirikan, semua menempatkan diri pada pekerjaan nya masing-masing, terlihat sebagian teman-teman saya sibuk mendirikan tenda, sebagian lagi sibuk dengan mempersiapkan makanan untuk disantap bersama, setelah semuanya beres aktifitas berenang dan snorkeling menjadi pilihan beberapa diantara kami, sebagian lagi hanya duduk-duduk menikmati indahnya matahari yang kembali tenggelam di ufuk barat.
Pemandangan bawah laut kepualauan seribu juga masih asik untuk di jelajahi, letaknya yang masih sedikit jauh dari daratan Jakarta membuat biota laut disini masih sedikit terjaga, meskipun di beberapa bagian karang-karangnya sudah terlihat hancur, entah apa sebabnya saja juga tidak mengerti, ikan-ikan kecil beragam jenis masih terlihat berlari-lari riang seolah mengajak saya untuk bermain bersamanya.
Menu pisang goreng lezat selalu menjadi andalan jika sedang berkeliling pulau, di padu dengan segelas kopi serta dalam naungan senja yang indah sungguh pengalaman yang luar biasa. Malam menjelang dan semua kembali dengan aktifitasnya masing-masing, alunan indah riak-riak ombak kecil seolah menyihir kami untuk segera terlelap dan menyambut esok hari yang indah dengan riang
S : http://lostpacker,com/kisah-pulau-harapan-sahabat-dan-pulau-bira/